Kamis, 05 Desember 2013

BERTUALANG DENGAN KARAVAN KELILING DUNIA



(Jakarta – haltebus.com) Matahari belum menunjukkan tanda-tanda kemunculannya di Utara Jakarta Jumat (19/7/13), lampu kabin satu-dua karavan yang terparkir di lahan parkir sebuah hotel mulai menyala. Di luar seorang pria dengan rambut dikuncir sibuk menggulung kabel diantara 20 unit karavan yang terparkir. 


Saat fajar menyingsing, satu persatu pemilik karavan dari berbagai jenis yang sudah tiga hari menginap di Jakarta itu mulai muncul. Ada yang berjalan dari arah lobi hotel, ada pula yang keluar dari karavannya. Mereka mulai berkemas, mulai menggulung kabel listrik untuk mengisi battere karavan mereka, hingga mempersiapkan kendaraan. “Ini kunjungan pertama kami ke Indonesia, kami berangkat bulan Oktober tahun lalu,” kata Konstantin Abert, pimpinan rombongan wisata keliling dunia dengan karavan kepada haltebus.com.


Konstantin memimpin 20 unit karavan dari berbagai jenis dan model yang diisi oleh 35 orang yang mayoritas berasal dari Jerman. Ada yang menggunakan minibus Caravan seperti Mercedes-Benz Sprinter dan Fiat Scudo, ada karavan berbasis truk Iveco 4x4, Mercedes-Benz Unimog U-3000, ada pula truk MAN dan Mercedes-Benz berbagai varian. 

Perjalanan wisata petualangan ini adalah perjalanan terpanjang yang pernah dipimpin Konstantin. Dia mengaku telah delapan tahun memimpin perjalanan petualangan dengan karavan mulai keliling Eropa hingga ke China. Pria paruh baya itu menawarkan berbagai destinasi wisata petualangan melalui Abenteuer Osten, biro perjalanan miliknya.


Menurut Konstantin, perjalanan kali ini cukup menguras tenaga. Butuh persiapan selama dua tahun sebelum semua peserta rombongan siap berangkat. Mereka mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan sepanjang perjalanan melintasi berbagai negara, juga persiapan fisik peserta dan kendaraan yang digunakan. “Ada banyak hal yang kami siapkan untuk perjalanan selama 600 hari ini. Para peserta umumnya telah menyiapkan segala sesuatunya selama mereka pergi, entah rumah yang ditinggalkan, bisnis dan urusan-urusan lainnya,” kata dia.

Meski membutuhkan waktu yang panjang dan tenaga ekstra, jangan banyangkan peserta wisata petualangan keliling dunia ini diikuti orang-orang muda. Usia rata-rata peserta antara 50-60 tahun, bahkan beberapa diantaranya terlihat lebih dari 60 tahun. Mereka terlihat menyiapkan segala sesuatu yang mereka butuhkan di perjalanan. 


Sepanjang Rabu-Kamis 17 dan 18 Juli lalu semua rombongan melakukan pengecekan. Sebagian peserta memeriksakan kesehatan di sebuah Rumah Sakit di Jakarta Selatan. Sementara sebagian yang lain memeriksakan kendaraannya dengan mendatangkan mekanik ke hotel tempat mereka parkir.

Berbagai peralatan yang biasa kita temui di rumah juga mereka bawa serta. Peralatan dan perlengkapan cadangan untuk kendaraan juga ada. Helmut Grollmus misalnya, usai makan siang bersama istrinya di karavan, dengan santainya dia mengganti pakaiannya dengan seragam mekanik. Saat ditemui haltebus.comRabu (17/7/13) dia tengah mengeluarkan ban cadangan dari kabin barang. Dengan cekatan dia mengisi ban itu dengan tekanan udara yang cukup. “Tadinya saya ingin mengganti ban kiri yang kempes, tapi kelihatannya cukup sulit. Lebih baik saya mempersiapkan ban cadangan, kebetulan ban yang kempes masih dalam batas toleransi sehingga tidak perlu segera diganti,” ujarnya. 

 
   

Semua kebutuhan selama perjalanan mereka persiapkan masing-masing. Claus Schreiber juga membawa alat pengisi tekanan ban. 
Jumat pagi, sesaat sebelum bertolak ke Ciater, titik berikutnya yang dituju selepas Jakarta dia mencocokkan tekanan angin untuk keempat ban Iveco kesayangannya. “Sejauh ini kami telah melalui 450 ribu kilometer, sejak kami berangkat,” katanya enteng.

Tak seperti kebanyakan perjalanan wisata yang dilakukan oleh klub-klub otomotif di Indonesia yang kerap kita lihat berjalan beriringan. Mereka memilih berjalan sendiri atau paling banyak tiga kendaraan dalam satu kelompok. Uniknya lagi, pemandu lokal yang mereka pekerjakan, tak mendampingi mereka selama perjalanan. Peralatan pelacak rute dan posisi atau Global Positioning (GPS) mereka cukup lengkap. Dalam satu karavan ada lebih dari dua peralatan pemandu arah yang mereka gunakan. Hasron Rangkuti, pemandu mereka, berangkat mendahului rombongan, sesampainya di Ciater dia memberikan titik koordinat persinggahan yang dituju.


Max Steiner peserta asal Swiss yang bepergian dengan istrinya Heidi Steiner menunjukkan beragam alat pemandu yang ada di kabin truk MAN coklat miliknya kepada haltebus.com. Ada sedikitnya dua set perangkat GPS yang menemaninya di kabin pengemudi, sementara di sisi kanan tempat istrinya menemani ada pula dua set penunjuk arah. Lebih dari cukup untuk bisa menemukan koordinat suatu tempat.

Konstantin mengungkapkan, perjalanan petualangan ini tak hanya sekedar menghabiskan waktu sambil pengunjungi tempat-tempat wisata. Mereka sebagian besar sangat tertarik dengan budaya negara-negara yang mereka kunjungi. “Ada banyak tempat wisata menarik di Indonesia, kami akan mengunjungi Candi Borobudur, juga Bali. Kami senang bisa berinteraksi dengan orang-orang di sini. Budaya baru, orang-orang yang baru,” ujar dia.


Selama perjalanan, kata Konstantin, mereka tak menemui kendala yang berarti walaupun bergerak dalam jumlah rombongan yang tergolong besar untuk ukuran berkeliling dunia. Pria lulusan Jurusan Ilmu Politik di Universitas Mainz, Jerman ini gemar bertualang. Perjalanan perdananya dilakukan di tahun 1990 mengelilingi negara-negara bekas Uni Soviet untuk keperluan penelitian. Ketertarikannya pada ilmu pengetahuan, otomotif dan petualangan membawanya pada perjalanan tiga benua di tahun 2003 dengan karavan. Di tahun 2005 dia mulai mengelola karavan atau yang juga dikenal dengan motorhome. Dari perjalanan-perjalanan itu dia akhirnya memutuskan untuk membawa sejumlah orang berpetualang ke berbagai tempat di berbagai belahan dunia. 
Kendalanya hanya lalu-lintas yang macet dan pengemudi yang mengemudikan kendaraannya secara sembarangan, ujarnya.

   

Perjalanan yang dilakukan para petualang yang tergolong berumur ini cukup menantang. Sejak berangkat dari Jerman tahun lalu, mereka melalui negara-negara Eropa di antaranya Italia, Yunani, Turki, Georgia dan Armenia. Mereka juga menyusuri Iran sebelum akhirnya masuk ke Pakistan, Nepal, India, Bangladesh, Bhutan. Bahkan juga sempat masuk ke China, hingga kota Chongqing. Untuk wilayah Asia Tenggara, hanya Filipina dan Brunei Darussalam yang tak mereka lewati. Rencananya, mereka akan menyusuri Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur hingga Timor Leste sebelum menyeberang ke Australia untuk perjalanan selanjutnya. (naskah : mai/foto : mai/arf)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar