Kamis, 05 Desember 2013

KELINCAHAN SPRINTER DI SAAT SULIT



(Bogor – haltebus.com) Dua unit minibus Sprinter baru dipertunjukkan oleh PT. Mercedes-Benz Indonesia (MBI) ke publik negeri ini Senin (3/6/13) lalu. Kedua mobil dikawal tiga pengemudi yang tak biasa. Mereka adalah mantan pembalap yang sengaja didatangkan oleh PT. MBI secara khusus ke Pusat Perakitan Mercedes-Benz di Wanaherang, Bogor.

Mereka adalah George Miedecke, pembalap Nascar Australia, Mathias Lauda putra pembalap Austria Niki Lauda yang mewarisi darah balapan ayahnya dan Peter Hackett, pembalap asal Australia yang menyatukan dua gelar yakni Formula 4000 dan Formula 3.

Apa misi mereka? Sederhana saja, memperkenalkan fitur-fitur keamanan yang ditanamkan pada minibus Sprinter. Peter Hackett memandu acara yang diikuti jurnalis dan pemilik armada bus reguler dan bus wisata. Para pembalap ini mengajak para undangan PT. MBI itu untuk merasakan secara langsung keunggulan Sprinter.

Dalam minibus yang baru pertama kali mengisi pasar yang belum ada di Indonesia ini, berbagai fitur keamanan ditawarkan oleh PT. MBI. Ada Anti-lock Braking System (ABS), Acceleration Skid Control (ASR), Electronic Brake System (EBS), Brake Assist (BAS) dan Electronic Brake Distribution (EBD), Airbag pada sisi pengemudi dan Electronic Stability Program (ESP) yang hanya bisa ditemukan pada produk Mercedes-Benz.

“Mercedes-Benz dikenal karena kendaraan premium-nya baik kendaraan penumpang maupun kendaraan niaga. Kami sangat optimistis Sprinter bisa diterima di pasar Indonesia karena kami melihat ada kebutuhan untuk kendaraan jenis ini,” kata CEO PT. MBI Claus Weidner.

Ada dua pos uji test Sprinter. Pos pertama, undangan diperlihatkan kemampuan Sprinter pada kondisi jalan yang licin. “Saat kita mengemudi, kita tidak tahu apa yang kita hadapi. Anda bayangkan di suatu tempat yang anda tidak ketahui, gelap, hujan, dan jalan licin,” kata Peter Hackett.
George Miedecke menjadi pengemudi penguji di pos pertama ini. Dia memperagakan bagaimana situasi mengemudikanSprinter dalam keadaan jalan yang licin dan berbelok. Di areal uji, PT. MBI menyiapkan jalan yang dilapisi terpal plastik yang dibasahi air. Tak lupa deterjen juga ditaburi di atas plastik itu untuk membuat kondisi jalan menjadi sangat licin.

Pertama George melalui jalan yang licin itu tanpa Electronic Stability Program (ESP). Alhasil minibus dengan tinggi 1,9 meter ini terlihat limbung. Roda belakang berputar cepat dan langsung berputar arah karena ‘terpeleset’. Pada kesempatan berikutnya saat ESP diaktifkan, roda belakang terlihat terarah ketika melalui jalan yang licin. Badan Bongsor Sprinter bisa berbelok sempurna dengan stabil.

Test ini cukup menarik minat para undangan. Saat dibuka kesempatan untuk ikut merasakan kondisi bus yang 'terpeleset', mereka setengah berlari menghampiri mobil yang terparkir agak jauh dari tenda undangan. Minibus ini diuji coba dengan kursi penumpang terisi penuh. Untuk dua Sprinter yang diuji berdaya angkut antara 20 dan 22 orang penumpang.
       
 Beragam komentar pun terlontar dari mereka.

“Wahh rasanya stabil. Mesin terasa menahan laju kendaraan waktu ujicoba yang kedua,” kata seorang jurnalis.

“Awalnya ngeri juga waktu slip yang pertama, tetapi waktu jalan yang kedua kok lebih stabil ya,” kata seorang pengusaha saat kembali ke tenda.

Menurut Vice President Sales Bus Operation Commercial Vehicle PT. MBI, Adri Budiman, fitur EDB dan ESP memungkinkan stabilitas kendaraan bisa terjaga. Distribusi tenaga pada roda, kata dia, diatur sedemikian rupa agar merata di setiap titik secara elektris. “Kalau tadi sempat merasakan mesin terdengar menggerung seperti tertahan, itu menandakan sistem elektris yang membantu kestabilan kendaraan tengah bekerja,” ujarnya.

Di pos kedua, uji coba lebih seru lagi. Sprinter dipacu dengan kecepatan 60 Km/jam, dan dipaksa untuk berhenti mendadak. Dalam jarak tak lebih dari enam meter sejak rem diinjak, minibus bongsor ini segera berhenti.

      

Didampingi Mathias Lauda haltebus.com berkesempatan mencoba kehandalan rem yang dilengkapi ABS, ASR dan EBS. Pada kesempatan pertama,Sprinter yang diuji haltebus.com menabrak tumpukan kardus saat rem diinjak pada kecepatan 60 Km/jam. Peter Hackett langsung berkomentar, “Ini menggambarkan kondisi pengemudi yang kurang antisipatif, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Padahal anda cukup injak pedal rem kuat-kuat”

Mathias sebenarnya telah mengingatkan haltebus.com untuk menekan pedal rem dan kopling sekuat-kuatnya untuk merasakan fungsi fitur keamanan pengereman. Dan pada ujicoba pengereman yang kedua, haltebus.com bisa merasakan gigitan roda pada aspal, dan Sprinter berhenti hanya beberapa langkah dari kardus.
       
Pada ujicoba pengereman, tim penguji juga memberikan kesempatan pada para undangan untuk ikut menjadi penumpang saat pengujian. Selain mengerem pada jalan yang lurus, mereka juga menunjukkan bagaimana minibus asal Jerman itu mengerem pada kecepatan 80-100 Km/jam sambil berbelok menghindar kardus. Pada satu sorti pengujian penumpang perempuan sempat berteriak. “Nggak..nggak lagi deh....ngeriii....,” ujar salah satu dari mereka saat keluar dari kendaran.

Fitur-fitur keamanan semacam ini memang baru ditemukan pada produk yang ditawarkan PT. MBI. Dengan ‘senjata’ itu mereka optimistis bisa diterima pasar Indonesia. Namun seorang pemilik armada bus setengah berbisik menyayangkan konfigurasi kabin yang terlihat sederhana. “Kursinya tidak bisa distel, konfigurasinya juga gak bisa diubah,” kata dia.

Sementara itu, sejumlah pelaku usaha jasa transportasi dan wisata di Bali tertarik dengan kehadiran Sprinter. Seorang pengelola jasa sewa kendaraan di sana bahkan mengaku tertarik untuk mencoba mengoperasikan satu unit. Berdasarkan informasi yang diperoleh haltebus.com, pada minggu-minggu ini, unit Sprinter diperkenalkan lebih dekat dengan pelanggan melalui dealer-dealer. Tertarik mencoba?(naskah : mai/foto-foto: mai)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar